SALAMUN 'Ala Ibrahim: Potongam Ayat Menggambar Salamun 

وَتَرَكْنَا عَلَيْهِ فِي الْآخِرِينَ
سَلَامٌ عَلَىٰ إِبْرَاهِيمَ ...

"Kami abadikan untuk Ibrahim itu (pujian yang baik) di kalangan orang-orang yang datang kemudian (yaitu).”Kesejahteraan dilimpahkan atas Ibrahim.” Demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik." (QS. As Shooffat:108-109)

***

Di awal tulisan ini, terdapat sederat ayat dari surah As-Shaaffat. Ayat-ayat ini dan ayat sebelum serta sesudahnya adalah kisah legendaris perjalanan cinta Nabi Ibrahim As dengan isterinya Siti Hajar dan anak kesayangannya Nabi Ismail As.

Saat ia bermimpi-- mimpi seorang Nabi adalah sebuah kebenaran, dapat perintah "menyembelih" Nabi Ismail, sang pangeran, Ibrahim hanya berujar siap. Kurban yang kemudian jadi ritual tahunan bagi umat Islam ini, adalah jejak keimanan Ibrahim.

Ia adalah Bapak Agama Samawi. Dialah Nabi yang perjalanannya mencari Tuhan, dicatat dalam banyak kitab suci. Dialah kakek buyut Nabi Muhammad yang kisah perjuangan isterinya mencari air kehidupan untuk putranya, Ismail As, menjadi rangkaian manasik haji.

Tawaf, sa'ie, tahallul yang didahului wuquf di Arafah dan mabit di Masy'aril Haram, adalah kisah ritual Ibrahim. Dia membangun ka'bah, menaruh hajar aswad dan meninggalkan tapak kaki (maqam Ibrahim).

Dari Siti Hajar lahir Ismail dan Siti Sarah melahirkan Ishaq. Dari Nabi Ishaq lahir Nabi Ya'qub yang lalu menurunkan Nabi Yusuf. Dari Ismail As lahirlah Penghulu Para Nabi dan Rasul, Nabi Muhammad SAW.

Karena perjalanan hidup itu, maka nama Ibrahim dijanjikan Allah jadi sebutan di lidah-lidah manusia setelahnya. "Kami abadikan untuk Ibrahim itu (pujian yang baik) di kalangan orang-orang yang datang kemudian." (QS.As Shoffat:108). Sejarah Ibrahim berawal dari mimpi.

***

Syahdan, SALAMUN, bermimpi sedang berada di sekitar Ka'bah. Ia merasa bak sebutir debu di antara deru tak terbilang para pemuja Tuhan-- Ibadullah. Budak-budak Tuhan itu sedang melambaikan tangan menyambut seruan Nabi Ibrahim As.

"Labbayka Allahumma Labbayka--Aku memenuhi panggilan-Mu, ya Allah aku memenuhi panggilan-Mu." Salamun lenyap dalam gelombang suara. Bersatu dalam dekapan rahmat Tuhan. Suaranya persis suara Ibrahim As. di Rumah Tuhan.

Salamun terjaga. Ia memandang barisan kaleng-kaleng di bilik rumahnya yang sempit. Ia baru saja pulang memenuhi seruan Nabi Ibrahim. Aroma baju ihram para pelaku tawaf masih lekat. Bahunya dengan bahu para tamu Allah, saling bersentuhan.

Rambut halus di lengan masih berdiri. Bulu tengkuk Salamun masih berkibar. Ia tercenung. Matanya basah. Kaleng itu, di antara deretan kaleng lain akan mengantarnya menuju Ka'bah. Ia ambil. Ia memeluknya. Erat!

Kaleng itu baru berisi separuh. Sejak 2011 ia menyimpan lembaran-lembaran rupiah. Dalam bayangannya, ia mencoba menambat kaleng itu ujung kiswah. Dia berharap cita-cita terbesarnya, pergi haji, selalu terikat kuat di ujung baju Ka'bah.

Baju berkelir hitam bertatahkan perda emas, sulaman jemari lentik bangsa Qibti di Masir. Sejak mimpi itu, tekad Salamun tak bisa dibendung. Kebutuhan jiwanya bertandang ke Rumah Tuhan di Makkah dan Kota Nabi di Madinah, laksana batu cadas.

"Saya menabung. Saya menyimpan dikit-dikit," kata Salamun saat di ditemui tim MCH--Media Centre Haji di PPIH Arab Saudi, Sabtu akhir pekan ini. Ditemani Ketua Kloter Sub-63, Jombang, Jawa Timur, Dr. Syamsul Hadi, laki-laki lewat paruh baya ini tampak benar berusaha menguatkan hatinya saat berkisah.

Usia dia "baru" 65 tahun. Tapi, hidupnya yang keras mempercepat proses penebalan kerut kulit di dahinya. Panas dan hujan ia lalui dengan kepasrahan pada Tuhan.

Salamun adalah jukir--juru parkir setia di Toko "MURAH" di delan UNDAR, di kota santri, Jombang. Di toko itu, Salamun menawarkan jasa kepada pengunjung yang membawa kendaraan. Rata-rata setiap hari dia mengantongi lembaran rupiah senilai seratus ribu.

Sampai di rumah, ia tidak serta merta memasukkan semuanya ke "Kaleng Haji". Ada kaleng lain yang siap menelan lembaran-lembaran hasil keringatnya. Kaleng Pendidikan, Kaleng Rumah Tangga, dan Kaleng Sedekah.

"Saya yakin karena berkah," kenang dia soal para pengunjung toka jagaan-nya. Tanpa sungkan ia minta didoakan jika ada santri dan kiai datang. Doanya satu; bisa dapat panggilan menuju Baytullah. Yang membuatnya senang ada seorang kiai memberinya wiridan.

"Saya dawam istighfar 50 kali, selawat 100 kali. Setiap ba'da salat," kata dia. Bacaan dan wiridan itu, istiqamah Salamun lakukan. "Toko ada di Jl. KH. Abdurrahman Wahid," kata Syamsul Arifin soal berkah yang diyakini Salamun.

Dan, selain "Kaleng Haji", kaleng-kakeng lain telah melahirkan lima (5) orang sarjana. Dua di lulusan Universitas Darul Ulum (Undar), dua STIKIP dan seorang sedang di Universitas Islam Negeri Malang.

***

Dan "Salamun 'Alaa Ibrahim"; salam kepada Ibrahim dari Allah, kini dirasakan langsung oleh Salamun Sang Jukir dari Jl KH. Abdurrahman Wahid, Jombang.

Ishaq Zubaedi Raqib --MCH Daker Makkah Al Mukarramah

Widyawan Sigitmanto
Widyawan Sigitmanto Admin Simkah Web Id sejak dibuat sampai sekarang ;)
Sawer Admin via : Saweria