Memberdayakan Perubahan: Guru dan Reformasi Gizi Prabowo-Gibran

Sitti Maesuri Patahuddin, PhD (Associate Professor di Fakultas Pendidikan Universitas Canberra (UC), Australia)

Setelah proses pemilu yang panjang dan keputusan konstitusional yang tak terbantahkan, Indonesia akan dipimpin oleh Prabowo-Gibran. Saat Indonesia memulai perjalanan pendidikan baru di bawah kepemimpinan baru ini, sorotan meningkat pada reformasi transformatif bertepatan dengan peringatan Hari Pendidikan Nasional pada 2 Mei 2024. Reformasi ini melampaui peningkatan kurikulum untuk secara kritis mencakup memajukan kesehatan siswa melalui peningkatan gizi.

Banyak penelitian menunjukkan pengaruh signifikan nutrisi pada kinerja akademik. Studi di berbagai tempat, termasuk berbagai wilayah di Ethiopia dan konteks internasional yang lebih luas, secara konsisten menunjukkan bahwa peningkatan nutrisi berkorelasi dengan peningkatan fungsi kognitif dan prestasi pendidikan. Hasil ini menggarisbawahi kebutuhan vital untuk menanamkan program gizi dalam kebijakan pendidikan, menyoroti bahwa nutrisi yang tepat selama masa kanak-kanak sangat penting untuk kesejahteraan fisik dan pertumbuhan intelektual.

Inisiatif pemerintahan Prabowo-Gibran bertujuan untuk meningkatkan standar pendidikan dengan meningkatkan program gizi. Rencana ini termasuk menyediakan makan siang dan susu gratis untuk 44 juta anak sekolah, dan memperluas dukungan nutrisi untuk sekitar 30 juta balita, 5 juta siswa sekolah agama, dan 3 juta ibu hamil. Jika setiap makanan gratis berharga Rp 15.000 (sekitar USD1 / makan), ini akan membutuhkan anggaran besar sekitar 1,2 triliun Rupiah Indonesia per hari, dengan total sekitar Rp 300 triliun per tahun. Dukungan nutrisi yang luas tersebut diharapkan untuk memastikan bahwa setiap siswa memiliki kesempatan untuk berkembang secara akademis, yang berdampak pada keterampilan berhitung dan melek huruf.

Namun, cakupan luas dari program nutrisi ini menimbulkan pertanyaan tentang kelayakan dan keberlanjutannya. Misalnya: Bagaimana mendapatkan sumber dana yang diperlukan? Strategi apa yang akan memastikan distribusi makanan yang efisien? Organisasi atau badan pemerintah mana yang akan mengawasi implementasi? Siapa saja penerima manfaat program makan gratis? Bagaimana mereka akan diidentifikasi dan dipilih? Apa dampak sosial dan ekonomi yang diharapkan dari program ini? Bagaimana keberhasilannya akan diukur? Dan masih banyak lagi pertanyaan yang harus dijawab oleh tim Prabowo-Gibran. Rencana terperinci dan transparan diperlukan untuk menunjukkan bagaimana program-program ini akan dilaksanakan untuk memastikan bahwa kualitas gizi makanan akan memenuhi beragam kebutuhan perkembangan semua siswa.

Dalam Op-Ed untuk Hari Pendidikan Nasional ini, saya menyoroti argumen penting dan mengusulkan solusi yang signifikan. Pendidik memainkan peran sentral dalam agenda transformatif ini, tidak hanya sebagai guru, tetapi sebagai agen perubahan yang vital. Sangat penting untuk memperkaya program pengembangan profesional guru dengan pelatihan tentang dampak nutrisi pada fungsi kognitif seperti memori, konsentrasi, dan pemecahan masalah. Ini akan memungkinkan guru untuk secara efektif mengintegrasikan pendidikan gizi ke dalam pengajaran mata pelajaran inti mereka seperti matematika, sains, bahasa, dan seni. Bayangkan ruang kelas di mana siswa menganalisis data gizi selama pelajaran matematika atau mengeksplorasi efek diet pada fungsi kognitif melalui kegiatan literasi. Pendekatan ini tidak hanya memperkaya kurikulum tetapi juga menggarisbawahi pentingnya nutrisi dalam keberhasilan pendidikan.

Selain itu, pelatihan guru juga harus memberdayakan pendidik untuk mempromosikan gaya hidup sehat, termasuk diet seimbang dan kesejahteraan mental, dan untuk menjadi panutan. Ini sangat penting dalam membentuk sikap siswa terhadap nutrisi dan pendidikan. Selain itu, membina kolaborasi antara guru dan orang tua sangat penting. Pengalaman saya di Indonesia telah menunjukkan kebutuhan kritis akan pendidikan komprehensif tentang pola makan sehat dan keamanan pangan. Terlepas dari status ekonomi mereka, banyak keluarga sering memilih pilihan makanan yang tidak sehat, tidak menyadari efek berbahayanya, dan praktik penanganan makanan yang buruk sering terjadi, yang menyebabkan penyakit bawaan makanan di kalangan anak sekolah. Wawasan ini menekankan perlunya pendekatan pendidikan yang tidak hanya mendorong makan sehat dan keamanan tetapi juga mendukungnya dengan makanan gratis di sekolah, meningkatkan hasil kesehatan dan pendidikan siswa secara keseluruhan.

Kedua, saat kita memperingati Hari Pendidikan Nasional, sangat penting untuk mengadvokasi perubahan paradigma dalam bagaimana program makan sekolah dirasakan — bukan sekadar alat bantu sementara melainkan merupakan hak-hak penting warga negara. Mengakui program-program ini sebagai hak-hak penting, sangat penting untuk menghilangkan stigma yang melekat pada skema makanan gratis dan untuk menumbuhkan sikap masyarakat yang menghargai inisiatif ini sebagai suatu kontribusi signifikan mereka terhadap kesetaraan pendidikan. Pergeseran seperti itu sangat penting untuk memastikan bahwa setiap anak memiliki akses ke nutrisi yang diperlukan untuk pembelajaran dan perkembangan yang optimal, sehingga menjunjung tinggi komitmen bangsa terhadap kesetaraan dalam pendidikan.

Ketiga, mencermati model internasional yang sukses dapat menawarkan strategi untuk mengintegrasikan kolaborasi pemangku kepentingan dan dukungan masyarakat, yang sangat penting untuk kemanjuran dan penerimaan program. Misalnya, pertimbangan budaya dan regional memainkan peran penting dalam penerimaan dan efektivitas program gizi sekolah. Shokuiku Jepang – Program Pendidikan Makanan berfungsi sebagai model teladan dalam hal ini. Inisiatif ini tidak hanya berfokus pada penyediaan makanan bergizi tetapi juga memastikan bahwa makanan ini sesuai dengan budaya dan bersumber dari lokal. Dengan memasukkan hidangan tradisional Jepang yang akrab bagi siswa, seperti nasi, ikan, dan sayuran musiman, program ini memastikan tingkat penerimaan yang tinggi. Selain itu, melibatkan petani lokal dalam pengadaan bahan mendorong keterlibatan masyarakat dan manfaat ekonomi bagi sector pertanian. Shokuiku menumbuhkan rasa hormat yang mendalam terhadap makanan dan asal-usulnya, meningkatkan pengetahuan gizi dan pemahaman budaya di kalangan siswa.

Keempat, memanfaatkan kemitraan publik-swasta dapat membawa sumber daya dan keahlian tambahan, sementara mengalokasikan anggaran pemerintah tertentu akan mempertahankan inisiatif jangka panjang. Memanfaatkan teknologi untuk distribusi yang efisien dan melibatkan masyarakat lokal dalam implementasi memastikan kemampuan beradaptasi dan dukungan. Mengambil wawasan dari contoh-contoh internasional yang sukses, seperti program pemberian makan sekolah yang didukung pemerintah Brasil dan bersumber secara lokal, menerbitkan cetak biru yang terbukti untuk mengintegrasikan tujuan pendidikan dan gizi secara efektif.

Langkah ke depan memang menantang, tetapi dengan upaya bersama dari semua segmen masyarakat—termasuk pendidik, orang tua, dan pembuat kebijakan—sekolah-sekolah di Indonesia dapat menetapkan standar global untuk mengintegrasikan nutrisi dan pendidikan. Dengan berinvestasi pada guru kami dan mendefinisikan kembali peran pendidikan untuk mengintegrasikan kesehatan dan kesejahteraan ke dalam setiap mata pelajaran, kami membuka jalan bagi masa depan di mana setiap anak Indonesia dapat mencapai sepenuhnya potensi mereka. Mari kita gunakan Hari Pendidikan Nasional sebagai kesempatan untuk memperbarui fokus pada program-program seperti inisiatif makan siang sekolah dan program pendidikan terkait kesehatan lainnya yang telah terbukti meningkatkan hasil belajar siswa.

Sitti Maesuri Patahuddin, PhD (Associate Professor di Fakultas Pendidikan Universitas Canberra (UC), Australia. Risetnya berfokus pada pengembangan profesional guru dan pemanfaatan teknologi untuk memperkaya pembelajaran matematika. Selain itu, ia juga menjabat sebagai Direktur Kemitraan Indonesia di Fakultas Pendidikan, UC, dan merupakan Pendiri Yayasan Perempuan Pendidik Numerasi)

Tulisan ini diterbitkan ulang atas izin penulis. Sebelumnya tulisan ini terbit di The Jakarta Pots dengan judul “Empowering Change: Teachers and Prabowo-Gibran's Nutritional Reforms” (https://www.thejakartapost.com/opinion/2024/05/02/empowering-change-teachersand-prabowo-nutritional-reforms.html)

Widyawan Sigitmanto
Widyawan Sigitmanto Admin Simkah Web Id sejak dibuat sampai sekarang ;)
Sawer Admin via : Saweria