MABIMS dan Catatan Penting Kunjungan ke Brunei Darussalam

Perjalanan ke negara tetangga memberi kesan yang mendalam, bukan saja karena secara budaya yang tidak terlalu berbeda, namun juga kesan guyub pada sesama yang sangat terasakan. Saya benar-benar mengalami hal tersebut saat menjadi salah satu peserta workshop E to Soul 2024 yang diselenggrakan oleh Bahagian Perhubungan Awam, Antarabangsa dan MABIMS, Kementerian Hal Ehwal Ugama (Bagian Humas, Kementerian Agama) Brunei Darussalam.

Diselenggrakan selama tiga hari, 29 - 31 Juli 2024, acara ini dihadiri 38 peserta dari Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia, dan Singapura. Bertempat di Hotel Centrepoint pada 31 Juli, acara ini ditutup dengan penyerahan sertifikat bagi 22 peserta kegiatan. Dari jumlah yang diserahkan, terlihat bahwa tidak semua menerima sertifikat karena satu dan lain hal. Saya beruntung termasuk satu di antara peserta yang menerima sertifikat.

Tujuan dari workshop E to Soul antara lain menghasilkan dai muda yang berpotensi menyampaikan dakwah melalui media sosial, membekali dai muda dengan teknik dakwah, kemampuan berbahasa, dan komunikasi yang efektif, dan mengembangkan sikap positif dan cita-cita yang tinggi di kalangan dai muda untuk menampilkan citra diri yang sesuai. Selain itu, Workshop E to Soul juga bertujuan untuk meningkatkan rasa percaya diri dai muda sebagai pemimpin dalam menyampaikan pesan dan dakwah. Workshop E to Soul berinisiatif membekali peserta dengan keterampilan dasar komunikasi, keterlibatan media sosial, dan teknik dakwah yang efektif.

Dari beragam manfaat yang didapatkan dari kegiatan ini, satu hal yang sangat berkesan adalah kebersamaan antarpeserta. Saya merasa bahwa kebersamaan para peserta mampu menumbuhkan optimisme di tengah suara pesimistik yang ada. Optimisme ini didasarkan pada sikap untuk terus megembangkan kebersamaan dan komunikasi dalam menjalani tugas selaku pendakwah. Suara pesimistik melihat para anak muda lebih sering mengisi waktunya dengan hal-hal yang tidak membangun dan positif unntuk masa depannya.

Catatan Penting

Dari kunjungan dan mengikuti workshop E to Soul ini, saya mendapat banyak kesan mendalam sekaligus menjadi catatan perjalanan saya yang mungkin bermanfaat untuk dipelajari bersama. Pertama, organisasi dan koordinasi kegiatan yang rapi dan maksimal. Dalam pandangan saya, MABIMS (Menteri Agama Brunei, Malaysia, Indonesia, dan Singapura) Brunei Darussalam mengorganisasikan kegiatan ini dengan rapi, efektif, dan efisien.

Hal demikian tercermin dari rangkaian kegiatan yang dijadualkan dengan runtun dan tepat waktu. Kedatangan saya di Bandar Seri Begawan, ibu kota Brunei Darussalam, terasa padat namun bermakna. Tiga hari kegiatan terisi penuh dan tepat waktu. Tidak ada waktu yang terbuang percuma dengan tiap sesi terisi dengan materi dari narasumber dan dialog yang digelar panitia. Terlihat, MABIMS menyiapkan acara dengan baik dan matang serta kemanfaatannya dirasakan semua pihak yang terlibat.

Kedua, misi kegiatan yang visioner. MABIMS adalah perserikatan yang cukup lama secara umur, setidaknya sekitar 35 tahun membersamai dan menyemai kebersamaan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara khususnya dalam tataran kehidupan beragama. Usia yang cukup matang ini memberi kesempatan kepada MABIMS untuk mengembangkan diri pada berbagai sektor.

Salah satu yang menjadi perhatian penting MABIMS adalah anak muda dan dakwah. Berdasarkan Rencana Strategis MABIMS 2021-2025, Brunei Darussalam telah dipercaya untuk merencanakan dan melaksanakan program yang fokus pada potensi pemuda. MABIMS Brunei Darusaalam melihat, anak muda adalah tulang punggung masa depan sebuah bangsa. Di tangan anak muda, peri kehidupan berbangsa dan bernegara diletakkan. Di dalamnya, dakwah menjadi unsur yang sangat penting karena beragam perkembangan budaya dewasa ini telah menjadi penggerus utama identitas kebangsaan, utamanya dalam konteks moralitas dan spiritualitas.

Singkat kata, MABIMS memberi perhatian besar terhadap anak muda dengan memberi fokus pada empat tema utama, yakni Belia (Pemuda) Holistik, Belia Wirausaha, Belia Global, dan Belia Dai. Mengajak dan memberi ruang pada anak muda dari empat negara berbeda namun bertetangga, bagi saya, adalah sebuah misi yang visioner karena tingkat kesulitan dan tujuan yang diusung.

Tentu saja tidak mudah mengangkat dan mengajak pemuda dari berbagai latar belakang negara dan budaya yang berbeda. Oleh karenanya, kepada para peserta juga diberikan pembekalan untuk memahami nilai-nilai kejuangan masyarakat melayu dan nusantara secara umum. Harapannya, langkah seperti ini mampu menjaga dan menumbuhkan identitas kultural masyarakat melayu dan nusantara dalam kebersamaan yang terus dipupuk.

Ketiga, kontekstualitas materi. Saya merasa, materi dan konten acara sangat relevan dengan perkembangan dan tantangan terkini. Menyadari bahwa dakwah adalah juga proses interkoneksi dan interpersonalitas, MABIMS memberi materi yang relevan. Oleh karenanya, mereka menyajikan materi tentang communication skill dan sesi google is not an imam. Saat membahas communication skill, narasumber benar-benar menggali dan membuka mata para peserta tentang pentingnya penguasaan komunikasi massa dalam berdakwah. Intinya, kecakapan komunikasi menentukan keberhasilan pesan yang ingin disampaikan kepada publik.

Google dalam Genggaman

Lain hal, saat mengangkat tema google is not an imam, saya merasa materi ini menjadi pengingat bahwa dunia dan seisinya telah sedemikain rupa dilipat oleh google. Sesi ini memberi penekanan bahwa kita harus merujuk pada referensi dakwah yang jelas tidak hanya asal ambil dari rujukan yang ditemukan di google. Mengikuti sesi ini, saya teringat pada buku The Googlization of Everything and Why We Should Worry (2011) karya Siva Vaidnyanathan.

Buku ini menekankan bahwa google telah sedemikian rupa mewarnai dan selanjutnya menguasai semua segi kehidupan. Manusia perlu menyadari hal tersebut dan membangun dan menjaga jati diri eksistensinya sebagai manusia. Buku Siva Vaidnyanathan memberi penyadaran dan MABIMS mendorongnya lebih jauh agar kesadaran tersebut dibangun dengan semangat dan spirit Islami.

Workshop ini menghadirkan beberapa fasilitator dari Brunei Darussalam dan Malaysia, antara lain Yang Mulia Ustazah Pengiran Norhayati binti Pengiran Haji Kasharan dari Pusat Dakwah Islam Kementerian Agama; Yang Mulia Awang Abdul Rahman bin Haji Ajak dari Sekolah Tinggi Pendidikan Agama Universitas Seri Begawan, Kementerian Agama; Yang Terhormat Md Adam @ Chong dari Matters.oc; dan Yang Mulia Ustaz Mohd Hariri bin Haji Mohd Daud dari Departemen Pengembangan Islam Malaysia.

Pada akhirnya, kehidupan dakwah di brunei adalah cerminan dari negara yang turut memberikan aturan keagamaan yang ketat dengan harapan penganutnya memiliki pemahaman beragama yang seragam. Brunei menerapkan sertifikasi bagi para dai. Negara ini juga memiliki aturan ketat mengenai materi dakwah yang disampaikan ke publik dengan mengawasi dan memantaunya.

Namun demikian, setiap negara memiliki caranya sendiri dalam mewadahi para dai, apalagi di negara yang penganut muslimnya menganut mazhab yang berbeda beda. Uswah hasanah dari Brunei adalah muslimnya yang memiliki pandangan mazhab yang seragam sehingga lebih mudah dalam pelaksanaan praktik ibadah sehari- hari.

Nanik Rahmawati (Penerjemah Ahli Pertama pada Ditjen Pendidikan Islam)

Widyawan Sigitmanto
Widyawan Sigitmanto Admin Simkah Web Id sejak dibuat sampai sekarang ;)
Sawer Admin via : Saweria