Habemus Novum Rectorum, Habemus Spem 

“LOSSING democracy is far worse than lossing an election. Kehilangan demokrasi jauh lebih buruk daripada kehilangan pemilu,” tulis, Levitsky dan Ziblatt dalam How Democracy Die. Atas cara yang sama dengan sedikit variasi, kita bisa mengatakan meski ada riak dan gelombang, kita bersyukur bahwa proses seleksi berjalan sampai di titik akhir dan Institut Agama Kristen Negeri (IAKN) Kupang tidak kehilangan rektor baru.

Setelah melalui serangkaian tahapan, Jumat (14/8/2024) bertempat di Auditorium HM Rasjidi Kementerian Agama Jl. M.H. Thamrin No. 6 Jakarta, Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas melantik Dr. I Made Suardana, M.Th., sebagai Rektor IAKN Kupang 2024-2028. Serahterima jabatan dari Dr. Harun Y Natonis, M.Si, rektor periode 2020-2024 kepada rektor baru dilakukan di Gedung Pascasarjana, IAKN Kupang, Rabu (14/08/2024) disaksikan seluruh civitas akademika. Sederhana, namun tak kehilangan khidmadnya. Menggunakan sudut pandang fotografi, angelnya dapat.

Mantan rektor Harun Y Natoni dan rektor I Made Suadarna mengepalkan tangan bersama dalam satu genggaman menandakan tekad untuk bekerja sama dan berkolaborasi sebagai simbol untuk sustainability proses menuju kecemerlangan masa depan IAKN Kupang. Bersukacitalah segenap civitas akademika dan bergembiralah keluarga besar IAKN Kupang. Habemus novum rectorum. Kita memiliki rektor baru.

Maka bukan sesuatu yang berlebihan kalau saya memaknai tekad mantan rektor dan rektor baru ini sebagai kemenangan optimisme dan harapan. Pergantian rektor telah menjadi kegembiraan dan harapan bersama seluruh civitas akademika.

The most important thing that a new rector can do is to this campus through the eyes of all civitas academica. Maka, habemus novum rektorum dengan demikian menjadi juga habemus Spem. Kita memiliki harapan. Harapan akan perubahan dan perbaikan untuk IAKN yang kebih maju dan sejahtera.

Oleh karena itu narasi-narasi trivalis penuh cemooh musti diakhiri. Optimisme musti dibangkitkan, konsolidasi dan kolaborasi harus dilaksanakan. Terasa lah betapa kekanak-kanakan perilaku yang melihat pergantian rektor sebagai sebuah zero sum game. Karena itu sama dengan kita ingin mengulangi tragedi Kain menyiapkan pedang mephistoples untuk leher Habel adiknya demi kebahagiaan hidup tanpa cemburu, tapi kini tanpa kebodohan Kain.

***
DALAM kehidupan beragama, kita percaya ada kesempurnaan, ada perfection, tetapi di luar agama mengandaikan yang ada hanyalah perfectability. Ketidak-sempurnaan akhirnya menjadi takdir atau nasib, tetapi usaha untuk terus menerus menyempurnakannya selalu mungkin.

Filsuf Karl R. Popper mengatakan manusia dan masyarakat menjadi maju bukan karena menemukan lebih banyak kebenaran dan mempertahankannya, tetapi lebih banyak menemukan kesalahan dan menyingkirkannya. Hal ini perlu dilakukan untuk mencegah sinisme yang dilontarkan Sir Bertrand Russel bahwa the only thing we learn from history is that we never learn from it.
Membangun harapan dan kepercayaan terhadap komitmen yang ada, memberikan kita kesanggupan menciptakan masa kini berdasarkan impian tentang masa depan. And the poetry of it, helps us to bear the prose of life.

Maka kerendahan hati Rektor I Made Saurdana memohon dukungan seluruh civitas akademikan IAKN Kupang untuk melangkah bersama dan memberikan kepercayaan kepadanya beserta perangkat-perangkat rektoratnya untuk bekerja, karena ia sudah datang tanpa membawa apa-apa selain tubuh dan hatinya, lebih terdengar bagaikan seuntaian doa. Karena kita tahu bahwa di sini, di dunia ini yang tak sempurna ini, karya Tuhan harus benar-benar menjadi karya kita sendiri. Knowing that here on earth God's work must truly be our own.
***
MAKA soalnya kini bukanlah memperkeras tiang pancang kepongahan, bukan pula memperketat benteng pertahanan. Justeru yang diperlukan adalah pola kepemimpinan yang lebih lentur, agar getaran gempa dan terpaan badai bisa diserap pada tingkat guncagan yang minimal.

Memang setiap perubahan akan membawa kepedihan. Senantiasa mencekam berpisah degan yang lama, seperti halnya terlalu nyeri melahirkan yang baru. Tetapi karena perubahan itu adalah sesuatu yang alami, maka pedih-pedih itu tak bisa dihindari.

Maka kepemimpinan yang arif barangkali justeru terletak pada kesanggupan melancarkan perubahan tanpa peradangan dan luka yang perkepanjangan. Karena peristiwa terkecil apapun selalu dapat menjadi a tremendous trifle.

Catatan ini barangkali terlalu sederhana untuk selera intelektual, terlalu prosais untuk selera literer, dan terlalu lugu untuk selera para pemain. Tapi di dalamnya kita dapat membaca sebuah etos yang bernama harapan: Sebuah peringatan terus-menerus tentang kebeluman manusia dan usahanya dan bahaya menggantikan harapan masa depan dengan kebanggaan masa kini dan kepahitan masa lalu. Sejarah, kata Friedrich Wilhelm Nietzsche, adalah kesanggupan untuk mengingat dan melupakan. Maka kita tak musti membuat abadi sesuatu yang retak dan kelak retak.

We have nothing to lose and We have everything to gain. Habemus novum rectorum, habemus spem. Mari jadikan IAKN Kupang menjadi campus de la esperanza, tempat semua anak NTT bermimpi tentang hujan di bulan Juli. (*)

JB Kleden (dosen IAKN Kupang)

Widyawan Sigitmanto
Widyawan Sigitmanto Admin Simkah Web Id sejak dibuat sampai sekarang ;)
Sawer Admin via : Saweria