Abdul Malik, Tukang Pengaspal Jalan ini Doakan Petugas yang Membantunya

Jeddah (Kemenag) --- Kakek itu bernama Abdul Malik Abdurrahman Bance. Ia adalah jemaah haji asal Bima yang tergabung dalam kelompok terbang (kloter) 12 Embarkasi Lombok (LOP-12). Keriput di wajahnya menjadi penanda ia tak lagi muda. Meski begitu ia masih tampak sehat saat mengelilingi paviliun tempat jemaah berkumpul sebelum berangkat menuju Kota Makkah.

Raut wajahnya nampak kebingungan. Kepada petugas, ia mengatakan kalau baru saja kehilangan koper miliknya.

"Saya sedang cari koper saya, dek. Tadi saat mau ke toilet, saya titipkan “polisi”. Tapi saya lupa (yang mana ‘polisinya’),” ujarnya kepada petugas haji yang sedang sibuk menempelkan stiker maktab di paspor jemaah yang menghampirinya di Bandara Internasional King Abdul Aziz, Jeddah, Senin (27/5/2024).

Bergegas petugas meredakan keresahan sang kakek. Dicarinya seluruh penjuru paviliun, tapi tak satu pun ia melihat polisi yang berjaga. Ketika ditanyakan lagi, rupanya yang dimaksud sang kakek sebagai polisi adalah petugas yang berseragam. Sedang di paviliun tersebut, hampir semua petugas memakai seragam, mulai petugas haji Indonesia, Wukala, Kementerian Haji, hingga sales kartu sim provider asal Saudi.

Petugas itu masih terus berikhtiar mencarinya, jika tertinggal di kabin atau bagasi pesawat, biasanya akan diantar ke pemondokan oleh Wukala. Tapi jika sudah dibawa turun oleh pemiliknya lalu hilang, maka perlu dicari sampai ketemu. Begitulah kira-kira briefing yang disampaikan pimpinan kepada para petugas.

Setelah berkeliling, akhirnya koper sang kakek pun ditemukan. Kakek Abdul Malik berulang kali mengucap alhamdulillah. Ia berterima kasih kepada petugas karena berkenan membantunya untuk mencari kopernya yang hilang.

Meski sudah berumur 70an tahun, Abdul Malik nampak sangat sehat dan bugar. Jalannya sedikit membungkuk, tapi masih sanggup jalan sekitar 200 meter dari paviliun menuju bus yang terparkir di depan terminal.

Saat ditanya tips kebugarannya, ia bingung menjawabnya. Sang kakek hanya bisa bercerita aktivitas hariannya sebelum pensiun. “Saya ini hanya tukang pengaspal jalan, dek,” ujarnya mengawali cerita.

Pak Malik mengaku bahagia bisa berangkat haji tahun ini. Beberapa kali ia terlihat menahan air matanya. Ia bersyukur bisa diberi kesehatan dan kesempatan untuk melaksanakan rukun Islam kelima ini.

Ia senang meskipun harus berangkat sendiri, tanpa didampingi keluarga. Ia menunjuk beberapa teman masa kecilnya yang juga turut berangkat bersama dalam satu kelompok terbang.

“Saya berangkat bersama beberapa teman. Itu yang di sana teman masa kecil saya. Dulu dia jago naik kuda,” katanya.

Kakek Abdul Malik mengaku bahwa naik haji adalah impiannya sejak kecil.

Ia bercerita kalau dulu terkagum-kagum dengan orang-orang yang bisa naik haji. Menurutnya, mereka hebat karena mampu mengarungi perjalanan yang sedemikian jauhnya. Maklum, saat itu haji belum naik pesawat seperti sekarang.

“Impian naik haji sudah dari kecil, dek. Dulu saya hitung jaraknya. Saya kagum, haji itu kan jauh, ya, sampai 9000an KM,” terangnya.

Abdul Malik berterima kasih kepada anak-anaknya. Karena impian masa kecilnya untuk naik haji bisa diwujudkan oleh sang anak dan menantunya.

“Saya diberangkatkan oleh anak dan menantu saya. Mereka ini baik sekali,” tambahnya.

Ia akan mendoakan anak-anaknya saat nanti sampai di tempat-tempat mustajab, begitu pula sang istri yang telah meninggal dunia.

“Saya juga akan mendoakan adek. Namanya siapa?” ujarnya sembari melihat name tag petugas yang telah membantunya tersebut.

“Saya tidak akan lupa. Namanya pasti saya ingat. Soalnya sama seperti anak adek saya,” tambahnya.

Dengan mata berkaca-kaca kakek Abdul Malik berterima kasih kepada segenap petugas haji yang telah melayaninya.

Posting Komentar

Terima Kasih,
Komentar Anda akan difilter oleh admin sebelum ditayangkan.